“Al-ubaid”
Pedoman Belajar Dasar-dasar Bermain Rebana
(terbang al-banjari)
Pembahasan:
Ø pendalaman
materi secara rinci
Ø pembenahan
mengenai berbagai
kesalahan
yg sering luput saat banjari
Ø berbagai
tatacara & aturan saat lomba banjari
Penyusun:
Mochammad
Ubaidillah
Tahun
2014
Identitas Pencipta
Penulis Naskah : Mochammad Ubaidillah
Penyusun Naskah : Mochammad Ubaidillah
Editor :
Berbagai Group Sholawat AL-Banjari yg
ada di Sidoarjo khususnya group
“AL-GHAZALI” MAN
Sidoarjo
Pencetak :
Printer
Pribadi
Base Camp :
Tebel Barat RT.06 RW.01 Gedangan
Sidoarjo. Cp: 083830060398
Kutipan Pasal 44
Sanksi pelanggaran
undang-undang hak cipta tahun 1987:
Ø Ayat 1 : Barang siapa dengan sengaja & tanpa hak
cipta mengumumkan atau memperbanyak suatu ciptaan atau member izin untuk itu.
Dipidana paling lama 7 tahun atau denda paling banyak Rp.100.000.000,- (seratus
juta rupiah).
Ø Ayat 2 : Barang siapa dengan sengaja menyiarkan, memamerkan, atau menjual
kepada umum suatu ciptaan atau hasil pelanggaran hak cipta sebagaimana di
maksud ayat 1. Dipidana penjara paling lama 5 tahun atau denda paling banyak
Rp.50.000.000,- (lima puluh juta rupiah)
Puji
syukur kepada Allah SWT yang telah meridhoi dan mempermudah saya untuk
menyelesaikan pembuatan makalah mengenai “dasar-dasar bermain rebana (terbang
banjari) ini, dalam keadaan sehat wal’afiat, sehingga dapat terselesaikan dengan
baik dan lancar.
Semua
ini bisa terselesaikan berkat dukungan dari orang-orang terdekat, rekan banjari
lain, serta dari berbagai guru saya yg telah sabar mendidik saya dan memberikan
saya berbagai ilmu dalam seni banjari, sehingga saya bisa menyelesaikan dengan sebaik-baiknya
dan dapat menjadikan wawasan lebih luas akan seni music al banjari yg tengah populer pada saat ini.
Materi dan rumus dalam makalah ini saya cetuskan sendiri
dengan pertimbangan dari berbagai sumber diantaranya pengalaman pribadi dan
saran dari para guru dan rekan-rekan, serta telah dilakukan berbagai uji materi
mengenai berbagai kelebihan rumus yg saya cetuskan ini. Sehinnga terciptalah
sebuah genre: “AL-UBAID” yg bisa menjadi panutan untuk para pecinta
seni musik al banjari.
Akhir
kata, saya mohon maaf jika terdapat kesalahan dalam penulisan
kata-kata maupun rumus, karna stiap manusia tak luput dari kesalahan. Oleh sebabitu, kritik maupun
saran selalu saya harapkan
demi kesempurnaan makalah ini. Semoga makalah ini dapat memberikan manfaat sekaligus menambah pengetahuan bagi berbagai pihak.
Amin.
Sidoarjo, Oktober 2014
Penulis
Daftar isi
Daftar
Isi
Sebeum kita belajar mengenai tata cara dan dasar-dasar
banjari, terlebih dahulu kita harus mengenal apa itu banjari. Sekarang ini
banyak orang yang bisa bermain alat musik terbang (banjari). Tetapi banak juga
yang belum tau apa itu banjari, ada yang hanya sekedar tau banjari adalah
sholawatan yg di iringi dengan alat musik banjari/terbang. Dsbg
Pengertian
banjari sesungguhnya ialah:
kesenian khas islami yang berasal dari daerah Kalimantan,
yg pada intinya adalah kegiatan membaca sholawat dengan di iringi alat musik
banjari. dan tentunya banjari masih mempunyai keterkaitan sejarah pada masa
penyebaran agama Islam oleh Wali Songo di Pulau Jawa. Iramanya yang menghentak,
rancak dan variatif membuat kesenian ini masih banyak digandrungi oleh
pemuda-pemudi hingga sekarang. Seni jenis ini bisa disebut pula aset atau ekskul
terbaik di pondok-pondok pesantren Salafiyah.
kesenian ini
seringkali digelar dalam acara-acara seperti maulid nabi, isra’ mi’raj atau
hajatan semacam sunatan dan pernikahan. Keunikan
musik rebana termasuk banjari adalah hanya terdapat satu alat musik yaitu
rebana yang dimainkan dengan cara dipukul secara langsung oleh tangan pemain
tanpa menggunakan alat pemukul. Musik ini dapat dimainkan oleh siapapun untuk
mengiringi nyanyian dzikir atau sholawat yang bertemakan pesan-pesan agama dan
juga pesan-pesan sosial budaya. Umumnya menggunakan bahasa Arab, tapi
belakangan banyak yang mengadopsi bahasa lokal untuk kesenian ini.
Kesenian al-banjari memiliki komposisi sederhana yaitu empat rebana terbang
dan satu rebana Bass, al-Banjari mempunyai suatu keunikan yaitu pada saat
memainkannya, dimana setiap pukulan pemain yang satu berbeda dengan pukulan
pemain yang lain namun saling melengkapi, jadi tiap tiap pemain harus menjaga
egonya dalam memukul supaya harmonis.
Pada dasarnya ada dua jenis pukulan al-Banjari, yaitu Pukulan Nikai atau
disebut Lanangan dan Pukulan Nganai atau disebut Wedoan.
Dan banyak sekali variasi pukulan yang di ciptakan seiring dengan semakin
berkembangnya al-Banjari. Dalam hal ini banyak sekali perdebatan mengenai siapa
yang memulai tabuhan terlebih dahulu apakah nikai/nganai. Disini akan saya
jelaskan mengenai siapa yg memulai tabuhan terlebih dahulu, tentunya dengan
sumber hukum yg jelas dan kuat.
Menurut saya
yg Memulai tabuhan terlebih dahulu
dan Mengakhiri (biasanya ketika
fariasi) adalah “LANANGAN” mengapa
saya bisa katakan demikian?
Itu karna lanangan berasal dari kata Lanang yakni
mempunyai arti Laki-Laki. Kita tau Dimana-mana yg memimpin / yg memulai
terlebih dahulu adalah laki-laki sedangkan Wedo’an (perempuan) sebagai
pengikut.
Apakah bukti
di atas masih belum berkenan di hati para pembaca:
Disini saya
akan memberikan bukti selanjutnya mengenai lanangan adalah yang memulai tabuhan
terlebih dahulu. Itu bisa dilihat dari kosakata awal yakni lanangan (NIKAI)
& wedo’an (NGANAI)
Dalam hukum
islam sebelum kita nganai kita harus nikai terlebih dahulu. Jadi yg pertama
dimulai adalah NIKAI (menikahi) kemudian baru NGANAI (nganak.i). disini bukan
maksud saya untuk berkata tidak baik ataupun mengalihkan pembahasan. tapi
memang sebetulnya adalah demikian. Supaya tidak jadi perdebatan yg dapat
memecah belahkan insan music dalam negri. Apalagi dalam kesenian islami
Tetapi semua
itu kembali kepada tiap individu sendiri. Ingin ikut aliran apa, namun
tentunya harus memiliki hukum yg jelas mengenai apa yg telah dirumuskan. Tapi
kalau saya menekankan kepada
murid-murid saya ataupun kepada siapapun yg ingin mendalami aliran saya “al
ubaid” bahwa rumusan yg saya cetuskan memiliki penjelasan dan sumber hukum yg
jelas.
Dalam rumus yg saya cetuskan, banjari memiliki 2 fase, yaitu fase pembelajaran dan
fase profesional. Tentunya banyak sekali perbedaan antara 2 fase tersebut
diantaranya tentang perbedaan rumus, tempo, bunyi yang di keluarkan, fariasi
dll. Dalam pembahasan kali ini saya akan menjelaskan satu
persatu mengenai fase
pembelajaran dan fase profesional. Berikut penjelasannya:
Cara memegang terbang dibagi menjadi 4
macam:
A.
Pemula :
Ciri –cirinya yaitu memasukkan ibu
jari tangan kiri ke bagian dalam terbang. Teknik ini biasanya
digunakan ketika pertama
kali belajar terbangan.
Ø Kelebihan : dapat mencengkram dengan kuat sehingga
terbang tidak goyang.
Ø Kekurangan : Bunyi yg dihasilkan kurang maksimal
B.
Standard : Ciri-cirinya posisi tangan kiri seperti
biasa ketika memegang terbang atau senyaman mungkin.
Ø Kelebihan :
Bunyi yg dihasilkan maksimal tergantung tangan dan karakteristik pukulan
Ø Kekurangan :Terbang Mudah goyang dan telapak tangan
sebelah ibu jari terasa sakit ketika belum terbiasa
C.
Dekek’an : Ciri-cirinya posisi bawah terbang di taruh di
lantai, kemudian 4 jari tangan kiri (kecuali jempol) dimasukkan ke bagian dalam
terbang yg berada di posisi atas terbang.
Ø Kelebihan : tidak capek karna posisi terbang di sandarkan
ke lantai
Ø Kekurangan : ini yg perlu diperhatikan, teknik ini sangat
merusak terbang, karna jika jari-jari kulit tangan lembab (berkeringat)
kemudian menggesek/menekan-nekan kulit terbang dari bagian dalam terbang
(bagian sensitiv kulit terbang) akan mengakibatkan kulit terbang mengelupas
sehingga dapat membuat kulit terbang sobek/rusak.
D.
Provesional : Yaitu posisi 4 jari tangan kiri saat
memegang terbang agak di naikkan keatas sehingga terbang tidak berbunyi. Tetapi
pukulan terbang harus sangat di keraskan sehingga terdengarlah bunyi (Tak)
dengan sempurna.
Ø Kelebihan : bunyi yang di hasilkan sangat maksimal
Ø Kekurangan: terbang mudah goyang dan butuh adaptasi yg
lama untuk menggunakan teknik ini
Cara memukul terbang dengan
baik yaitu posisi tangan kiri berada di bawah ecrek (mengganjal kuningan
tersebut) tetapi jika sudah bisa mengatur bunyi ecrek maka tidak perlu memakai
teknik ini lagi. Pukulan terbang saat mengiringi lagu yakni :
Ø Saat Vocal Utama : Suara yg di keluarkan Pelan dengan
tempo agak sedikit lambat (menyesuaikan lagu)
Ø Saat Beking Vocal : Suara yg di keluarkan keras dengan
tempo cepat (menyesuaikan lagu)
Dalam
memukul terbang posisi tangan kanan saat memukul yaitu:
Ø Untuk bunyi Dung : Telapak tangan berada di bagian
pinggir terbang agak ke depan sedikit. Lebih tepatnya, bagian pinggir terbang
lurus dengan pergelangan jempol. Kemudian tangan kiri yang memegang terbang
posisi 4 jarinya membuka.
Ø Untuk bunyi Tek : Telapak tangan berada di bagian pinggir
terbang. Lebih tepatnya, bagian pinggir terbang lurus dengan garis kedua
(tengah) jari telunjuk tangan kanan. Kemudian Untuk mendapatkan bunyi tek yg
sesuai dengan karakter (perpaduan dung dengan tek), bagian telapak tangan agak
di condongkan ke depan dan sedikit di
lekukkan, fungsinya agar udara bisa keluar masuk melalui sela-sela jari tangan
yg di lekukkan, sehingga terciptalah perpaduan bunyi antara dung dengan tek
(Tuk). Biasanya bunyi Tek ini digunakan ketika festival banjari, tetapi ada
juga yg tanpa menggunakan teknik melekukkan tangan sudah dapat menghasilkan
bunyi tek yg berkarakter, itu disebabkan karna mendapatkan anugrah dari allah
swt. Berupa tangan yg kuat dan berkarakter. Dan ada pula yg bisa menghasilkan
bunyi tersebut bukan karna 2 faktor di atas, melainkan karna latihan terus
menerus ataupun sudah lama bermain terbang sehingga secara tidak langsung bunyi
tek yg di hasilkan akan berubah dengan sendirinya.
Faktor
Terbang juga mempengaruhi bunyi Tek/Dung
yg dihasilkan, biasanya terbang yg berasal dari Gresik Cenderung kepada bunyi Tek,
mungkin karna kulit yg terlalu ketat saat proses penarikan, ukuran diameter
terbang yg kecil, dan kayu yg kuat, keras & berat. Kalau terbang yg berasal
dari jepara/bangil-pasuruan cenderung kepada bunyi dung.
Terbang
yg baik memiliki ciri-ciri sebagai berikut :
Ø Memakai
kulit dengan kualitas baik, yg proses pengencangannya alami (di jemur di bawah
sinar matahari langsung). Jangan menggunakan terbang yg proses pengencangannya
menggunakan pemanasan buatan (dibakar/diuap) karna akan langsung mematikan
urat-urat yg ada di kulit terbang tersebut, sehingga kulit terbang bisa cepat
kendur.
Ø Memakai kayu yg kuat & bentuknya pas di tangan saat
memegangnya & yg agak ringan (tidak terlalu berat) saat memegangnya. Pilih
kayu yg tidak mudah rapuh dan keropos.
Ø Memakai pines bulat agar mudah dilepas saat direparasi.
Jika memakai pines berbentuk bintang/segi 4 biasanya dapat merusak kayu terbang
(tidak bisa ganti kulit lebih dari 1 kali)
Ø Usahakan memesan langsung ke pengerajin
Ø Pilih ecrek dengan kualitas terbaik yg memiliki diameter
dan ketebalan sama agar berbunyi nyaring saat dipukul.
Ø Pilih terbang dengan plituran (pewarnaan) terbaik agar
tidak luntur dan lebih indah saat dilihat.
Ø Pilih ukuran 30-31 cm agar mudah di bawa
Ø Disarankan tidak memakai terbang yg memiliki ukiran,
dikarenakan akan mempersulit saat membersihkan terbang karna terbang yg
memiliki ukiran mempunyai celah-celah yg sulit untuk di bersihkan.
Ø Tetapi pada dasarnya terbang yg baik adalah terbang
yg nyaman ketika kita mainkan dan
menghasilkan bunyi sesuai dengan yg kita inginkan. karna tangan setiap penabuh berbeda-beda
maka bunyi yg di hasilkan juga berbeda-beda meskipun terbangnya sama.
Ø Simpan
di tempat yg kering & taruh di dalam tas khusus
Ø Jangan
di letakkan di samping/dekat tembok saat malam hari
Ø Jangan
sampai terkena air
Ø Pegang
dan mainkan terbang dengan benar
Ø Jika
ada kotoran yg menempel di kayu bersihkan dengan pembersih yg biasanya di pakai
untuk membersihkan body sepeda motor. Contohnya: Kit. Jangan menggunakan minyak
kayu putih karna akan memudarkan warna plituran (luntur) dan resapannya yg
masuk ke serat-serat kayu juga bisa melembabkan kayu terbang sehinga mengundang rayap untuk masuk, membuat
rumah dan berkembang biak di dalam terbang. Jika ada kotoran yg menempel di
ecrek/kuningan, bersihkan dengan menggunakan brasso.
Melatih
tangan agar kuat, ringan dan lincah dapat di lakukan dengan beberapa cara:
v Memukul benda keras. Memukul benda keras dibagi menjadi 4
tahap. Diantaranya:
Ø Tahap 1: Memukul benda keras yg terbuat dari plastik/keramik,
misalnya ubin. hingga tangan terasa sakit. Lakukan secara rutin hingga beberapa
hari.
Ø Tahap 2: Memukul benda keras yg terbuat dari kayu.
Misalnya meja. Latian ini di lakukan mula-mula 20 kali setiap hari. Kemudian
tiap harinya tambahkan 10, hingga tangan mengelupas (ngapal)
Ø Tahap 3: Memukul benda keras yg terbuat dari besi. Cara
ini sama dengan tahap 2.
Ø Tahap 4: Memukul benda keras yg bergeronjal, misal
tembok/lantai rumah yg belum dilapisi cat penghalus yg permukaannya masih
bergeronjal. Atau contoh singkatnya paving/batako. Cara ini dapat membuat jari
tangan membesar, mengeras dan sangat kuat.
v Menimba air.
Menimba air
dapat memperkuat cengkraman tangan pada terbang sehingga terbang tidak goyang
saat dipukul.
v Melakukan olahraga tangan.
Contohnya
seperti push up, bermain badminton dll. Olahraga tangan dapat melatih
kelincahan lengan sehingga saat mengayuh tangan ketika memukul terbang, menjadi
lincah.
v Merawat tangan
Usahakan
ketika memukul terbang tangan dalam keadaan bersih, kering, dan tidak ada kuku
yg panjang. Ini yg sering luput saat kita bermain rebana. Secara tidak sadar
ketika kita selesai wudhu langsung memukul terbang. Padahal itu sangat merusak
terbang. Ataupun ketika kita telah memukul terbang sangat lama maka permukaan
telapak tangan kita berkeringat tetapi kita malah terus melanjutkannya. Maka
dari itu usahakan ketika bermain rebana kita menyiapkan tissue untuk mengusap
telapak tangan yg berkeringat/basah.
v Menyapu sekeliling dengan sapu lidi
/ sapu ijuk.
Menyapu
sekeliling rumah yg luas dengan menggunakan sapu lidi dapat membuat telapak
tangan bagian tengah mengelupas (ngapal). Sehingga melengkapi bagian tangan yg
membesar, mengeras dan kuat.
Teknik Melatih
tangan agar kuat, ringan dan lincah sebaiknya dilakukan sebelum belajar
rumus/memukul terbang. supaya tangan mudah beradaptasi saat pertama kali memukul terbang & bunyi yg di hasilkan
lumayan baik.
Setelah kita belajar
memegang, memukul, dan merawat terbang. Selanjutnya kita akan belajar terbangan
dengan menggunakan rumus.
v Penjelasan:
• D adalah pukulan Dung ( posisi pukulan telapak tangan agak ke tengah rebana )
• T adalah pukulan Tek ( posisi pukulan telapak tangan agak ke pinggir rebana )
v Rumus
terbangan di bagi menjadi 4 macam
yaitu:
Untuk Rumus Lanangan (Nikai)
· Awalan : D. T. D D T T D.
· Biasa : D T. DDD
[TDT DDD] (diulang-ulang)
· Naik ½ : T
D. TTTT. TTTD.
· Naik : T
D. TTTT. TTTD. DDDD. DDDD.
· Intro : TTT.
D TTTT.
TTT.
D TTTD.
· 1 : T
T T. TTTT.
· Turun :
DD. TT. TT. D TT.
TD
Untuk Rumus Wedoan (nganai)
· Awalan : D. T. D D T
T.
· Biasa : DTT. DDDT
[TD TT. DDDT]
(diulang-ulang)
· Naik ½ : TD
TT. TTTT. TD.
· Naik : TD
TT. TTTT. TDDD. DDDD. DDTT.
· Intro :
TTDT.
TDTT.
TTDT.
TD.
· 1 : T. TTTT. TTTT.
· Turun : DD.
TTDT. TD.
Dalam sebuah lagu biasanya
susunannya sbg berikut:
v Awalan => Biasa => Naik ½ => Biasa => Naik =>
Intro => 1 => Intro => 1
=> Intro => 1 => Intro => Turun.
- Rumus Pantulan : rumus ini adalah
dasar untuk berlanjut ke rumus-rumus berikutnya, tetapi rumus ini sudah sangat
jarang digunakan karna pukulannya yg terlalu banyak sehingga bunyi yg
dihasilkan terlalu rumit. Dan membuat penabuh mudah lelah.
Untuk Rumus Lanangan (Nikai)
· Awalan : D. T. D D T T D.
· Biasa : D. TT DD D TT T D
[TT DD D TT T D] (diulang-ulang)
· Naik ½ : T
DD. TT T TT. TT
T DD.
·
Naik : T
DD. TT T TT. TT
T DD.
DD
D DD. DD D
DD.
· Intro : TT
TT. D TT
T TT.
TT
TT. D TT TD.
· 1 : T
T TTT. TT TT.
· Turun :
DD. TT. TT. D TT.
TD.
Untuk Rumus Wedoan (nganai)
· Awalan : D. T. D D T
T.
· Biasa : D T TT. DDD TT
TD
[T TT. DDD TT TD] (diulang-ulang)
· Naik ½ : TD
T
TT. TT
T TT. TD.
· Naik : TD
T TT. TT T TT. TD
D
DD. DD D
DD. DD.
· Intro :
T
TT TT. D TT. TT
T
TT TT. D TT. TD.
· 1 : T. TT
T TT. TT.
· Turun : D D. TT TT. D TT TD.
- Rumus Standard (Gedakan) :
Rumus ini adalah rumus yg biasanya dipakai oleh para penabuh terbang. Khususnya
di daerah sidoarjo.
Untuk Rumus Lanangan (Nikai)
· Awalan : D. T.
D D T T D.
· Biasa : D T. DDD
T
[T D T. DDD
T] (diulang-ulang)
· Naik ½ : T
D. T T
T. T DTD.
· Naik : T
DDT. T T.
T DTD. D D D. D DDD.
· Intro : T T.
D T. T T.
T T.
D T DTD.
· 1 : T
T T. T.
T T.
· Turun : D
D. T. D T.
DTD
Untuk Rumus Wedoan (nganai)
· Awalan : D. T. DDT T.
· Biasa : DTT. DDDT
[T T
T. DDD T] (diulang-ulang)
· Naik ½ : T T
T. T. T TDT.
· Naik : T T
T. T. T TDT. D D. D. D DDD.
· Intro :
T
T. T. D T. T T T
T.
D TDT.
· 1 : T. T T T.
T T T
· Turun : D D. T D
TDT
- Rumus Provesional : Rumus ini biasanya
digunakan oleh penabuh yg sudah mahir/ digunakan oleh para dewan guru.Teknik
menabuh rumus ini juga berbeda dengan rumus-rumus sebelumnya. Karna saat
menabuh:
T =
berbunyi Tak
D =
berbunyi Dung
t =
berbunyi tuk
d =
berbunyi duk
Untuk Rumus Lanangan (Nikai)
· Awalan : D. T d D D T T D.
· Biasa : D Tt. DDD
Tt
[T D Tt. DDD
Tt] (diulang-ulang)
· Naik ½ : T
D. Tt T
Tt. Tt
TD.
· Naik : T
DDT. T TdT. DTD. D D Dd. D DDD.
· Intro : T Tt. D Tt.
T Td.
T Tt. D Tt
T D.
· 1 : T
T TdT. dT TdT.
· Turun : DDT. Tt D T. DTD
Untuk Rumus Wedoan (nganai)
· Awalan : D. T. DDT T.
· Biasa : DTT. DDDT
[Td T T. DDD T] (diulang-ulang)
· Naik ½ : Td T
T. Tt. T TdT.
· Naik : Td
T T.
Tt.
T TdT. D
D. Dd. D DDD.
· Intro :
T
T. Tt. D T. Tt T T
Tt
D TdT.
· 1 : T. Td
T TdT. dTT
· Turun : D D. Tt D TdT
Keterangan:
Untuk menghasilkan
bunyi:
o
t / tuk, caranya seperti menabuh Dung tetapi
posisi telapak tangan
kanan agak
dimundurkan sedikit sehingga mendapat perpaduan antara dung dan tek. namun 4
jari tangan kiri tetap tertutup. Sehingga mendapat bunyi tuk
o
d / duk, caranya sama seperti menabuh dung.
Namun 4 jari tangan kiri tetap tertutup.
o
Cara menabuh Tuk/duk volumenya lebih
pelan di banding dengan dung/tak. Sehingga terlihat seolah-olah tidak berbunyi.
Jadi para guru / yg sudah mahir ketika menabuh terbang
biasanya seolah-olah terlihat seperti menggunakan rumus pantulan (tabuhannya
rentep). Padahal Itu adalah rumus provisional. Karna sebenarnya dung/tak kedua
(yg dipantulkan) adalah bunyi tuk/duk yg volumenya sangat pelan, bahkan ada yg
tidak berbunyi sama sekali. Bukan merupakan bunyi tak/dung (rumus pantulan)
Fariasi Pukulan
Untuk fariasi pukulan tidak akan saya sampaikan
pada makalah kali ini dikarenakan banyaknya materi fariasi yg akan saya
sampaikan. dan tiap lagu memiliki fariasi yg berbeda-beda. Insya allah materi
tentang berbagai fariasi akan saya sampaikan di makalah berikutnya, doakan saja
makalah selanjutnya mengenai fariasi pukulan dapat segera saya publikasikan
kepada seluruh pecinta sholawat al-banjari agar bisa menjadi pelajaran dan ilmu
yg bermanfaat.
Penilaian Penerbang Saat Fesban
Dalam Festival Banjari Penilaian dalam kategori terbang
adalah sebagai berikut
Ø Suara
Pukulan yg di hasilkan :
Suara yg dihasilkan harus encho, baik penabuh nganai
/ nikai, pukulan lanangan lebih dominan ke dung. Jadi kalau memukul terbang, telapak
tangan harus di majukan sedikit. Begitupula sebaliknya. Kalau wedo’an lebih
dominan ke tek. Jadi kalau memukul terbang, telapak tangan harus di mundurkan
sedikit.
Ø Volume
bunyi yg dihasilkan :
Ketika rumus biasa (saat vocal utama) volume pukulan harus pelan &
jelas. Kemudian jika mungga ½ ataupun mungga (saat beking vocal) volume pukulan
harus di keraskan.
Ø Tempo
(Cepat/Lambatnya) pukulan :
Ketika rumus biasa (saat vocal utama)
harus menggunakan tempo lambat, yaitu sekitar 2 detik/putaran. Lalu ketika
mungga ½ ataupun mungga, tempo harus
lebih cepat. Tetapi tempo pukulan terbang sebenarnya tergantung pada tempo
lagu. Intinya terbang menyesuaikan harus lagu.
Ø Keselarasan
Dengan Pasangan :
Penabuh lanangan / wedo’an harus
saling mengerti, memahami, dan menyesuaikan pukulan 1 sama lain sehingga
menghasilkan suara dan perpaduan (selat-selatan) yg indah & enak di dengar.
Inilah factor yg paling sulit, dikarenakan tiap pemain harus saling menjaga
egonya.
Ada beberapa Adab/Sopan santun saat festival banjari untuk
para penabuh diantaranya sebagai berikut :
Ø Penghormatan
:
Usahakan
kepala dan badan bagian atas agak menunduk. Lakukan bersamaan dengan anggota
group yg lain. Jika belum bisa kompak, beri isyarat ketukan di terbang saat
akan menunduk agar penghormatan bisa
serempak.
Ø Posisi Duduk :
Usahakan mencari posisi yg pas & nyaman sebelum
memulai, agar tidak berhenti di tengah-tengah saat sudah bermain. Posisi duduk
harus tegak, tatapan mata ke depan, dan usahakan tidak tolah-toleh / melakukan
gerakan yg tidak perlu
Ø Kesalahan Yg Sering Luput :
Jika Penabuh melakukan kesalahan baik itu saat baru
mulai, di tengah-tengah ataupun saat variasi,
janganlah berkomunikasi dengan rekan yg lain (saling menyalahkan).
Kemudian jangan terlalu sering melakukan fariasi karna pada dasarnya fariasi
adalah pengganti / penyempurna jika ada lagu yg kurang pas dengan tabuhan
dasaran.
Ø Menaiki panggung
Berjalanlah dengan lurus sesuai dengan urutan, jangan
sampai mendahului rekan yg ada di depan, kemudian bawalah terbang seperti saat
membawa AL Qur’an.
Ø Tepat Waktu
Usahakan datang ke lokasi festival lebih awal sebelum
jadwal perform untuk mengecek kelengkapan dan persiapan saat akan perform.
kemudian anggota group juga harus lengkap agar tidak mengurangi penilaian dewan
juri
Ø Kekusyu’an :
Kekusyu’an dalam lomba banjari sangatlah penting karna
menjadi nilai utama dalam bersholawat. Jika penampilan khusyu’ dan dapat
menyentuh hati penonton / dewan juri sehingga penonton / dewan juri terbawa
suasana penampilan anda, maka itulah sebenarnya yg disebut Pemenang (group
terbaik). Termasuk saat penabuh ikut bersholawat, karna dapat menunjukkan nilai
utama dari banjari yaitu “Sholawat”, bukan terfokus pada terbangan saja.
Pada intinya banjari bukanlah ajang untuk menyombongkan
diri, ataupun berlomba-lomba untuk mendapatkan juara saat Festival Banjari.
Tetapi banjari sesungguhnya ialah ajang pelombaan untuk mendapatkan syafaat
nabi besar muhammad saw. kelak pada hari kiamat. Juga untuk sarana syiar islam
yg di dalamnya kita di tuntut untuk kreatif, inovatif, dan memiliki solidaritas
yg tinggi agar penampilan yang kita
tampilkan dapat menyentuh hati para penikmat, pendengar, dan pecinta banjari. 1
pesan saya :
Jangan pernah berhenti mengumandangkan
SHOLAWAT
Setelah membaca, mengetaui, mendalami dan
menelaah makalah mengenai pedoman belajar dasar-dasar banjari pada kali ini,
saya sebagai penulis sekaligus penyusun makalah ini memberikan saran sebagai berikut:
1. Berlatihlah dengan sungguh-sungguh dan
teruslah mengembangkan bakat yg sudah terbentuk
2. Carilah ilmu dimanapun kalian berada karna
sekecil apapun ilmu yg kita dapatkan, insya allah akan berguna pada waktunya
3. Hindarkan diri dari sifat sombong, karna
sombong dapat menghancurkanmu dan